Pernahkah terlintas di pikiran kita, kenapa Allah
SWT menciptakan kebanyakan manusia dengan dua
tangan, yang dengan kedua tangan itu kita bisa melaksanakan aktivitas dengan
baik, kok tidak satu tangan atau lebih?
Tentu saja kita tidak pernah
memikirkannya! Atau kita memang menerima pemberian Allah SWT apa adanya tanpa tanda tanya. Di sini, kami bermaksud mengeluarkan atau menginformasikan
apa yang pernah terlintas di pikiran penulis kepada para pembaca yang budiman
sebagai tadabburan. Mari kita lihat sejenak firman Allah SWT:
ربنا أتنا فى الدنيا حسنة وفى الأخرة حسنة
وقنا عذاب النار
“Wahai Tuhanku, kami meminta kepadamu
nikmat di dunia dan nikmat di akhirat (surga) dan jauhkanlah kami dari siksaan
api neraka.” (Q.S. al-Baqarah: [2] 201).
Ayat di atas menjelaskan
bahwa manusia itu diperintah oleh Allah SWT untuk meminta dan
bersungguh-sungguh mencari kebahagiaan dunia dan akhirat secara seimbang dan
sama. Dari sini, mari kita arahkan keseimbangan itu pada anggota tubuh kita
yang jumlahnya ada dua, contohnya tangan.
Allah SWT memberikan dua
tangan kepada manusia agar manusia itu berusaha untuk mencari kehidupan dunia
dan akhirat, karena manusia itu (pasti dan akan) hidup di dua alam, yakni dunia dan akhirat. Maka dari itu, manusia mencari dan berusaha di dunia untuk
hidup di dunia, dan mencari pahala
akhirat
untuk nanti kehidupan akhirat yang abadi.
Mengenai masalah tangan kanan
yang lebih sering digunakan untuk kebaikan seperti makan, bersalaman, dan
lainnya. sedangkan tangan kiri lebih condong digunakan untuk hal-hal jorok,
itu mengisyaratkan bahwa mencari akhirat harus lebih
ditekankan dari pada mencari dunia, sebab hidup di dunia itu hanya sementara (dan dunia sama dengan sampah yang berserekan), dan hidup di akhirat pastilah abadi.
Karena itu, mau tidak mau kita diharuskan
bersungguh-sungguh mencari kehidupan akhirat, dan mencari kehidupan dunia ala kadarnya saja.
Sesuai kebutuhan untuk terus menguatkan anggota tubuh untuk melakukan
ketaatan kepada Allah SWT.
Kehidupan dunia yang mesti ala kadarnya saja itu sama dengan saat kita memasuki WC. Setelah kita menyelesaikan urusan kita di dalam
WC, kita dianjurkan agar secepatnya keluar (karena WC dan Jedding tempatnya syetan dan kotoran).
Begitupun dengan dunia, dunia
bagaikan racun yang mematikan, merusak pada sistem kehidupan akhirat. Maka,
untuk cermat, cara hidup bahagia dunia-akhirat adalah dengan
sama-sama mencari keduanya. Akan tetapi, mencari dunia
digunakan untuk sekadar menguatkan tubuh, dan agar kita mampu melaksanakan
ketaatan kepada Allah SWT. Jika kita bisa melakukan demikian, maka
status kita dalam kehidupan ini akan berimbang dan tak akan
limbung.
Dalam salah satu Hadis yang diriwayatkan Abu Sa’id
al-Khudri, beliau berkata: “Rasulullah SAW duduk di atas minbar, dan kita semua berada di
sekelilingnya. Beliau SAW berkata: “Sesungguhnya yang
aku takutkan setelahku hanyalah sesuatu yang dapat membuka mutiara dunia dan
perhiasan dunia pada kalian. (H.R. Bukhari Muslim).
Dalam Syarhul Hikam juga dijelaskan: di antara tanda-tanda orang yang mati mata
hatinya adalah orang yang bersungguh-sungguh dalam mencari dunia, dan
bermalas-malasan dalam mencari akhirat.
Maka dari
itu, sudah
seharusnya kita lebih mementingkan akhirat dari pada dunia. Dunia memang
penting, tapi dunia dicari bukan untuk bermewah-mewahan atau berlomba-lomba
dalam kekayaan, tapi dunia dicari untuk menyelamatkan agamanya agar bisa
bahagia dunia dan akhirat.