Dalam Tafsir Ruhul Bayan
diceritakan bahwa dulu seorang ulama yang sedang berceramah memberikan
nasehat-nasehat kepada para jamaah di masjid. Para hadirin yang begitu banyak
terlihat sangat antusias saat mendengarkan.
Namun,
kegaduhan tiba-tiba terjadi saat ceramah itu berlangsung: seseorang yang dungu
tiba-tiba masuk masjid dan berteriak menanyakan keledainya yang hilang.
“Keledaiku hilang. Tolong tanyakan kepada para hadirin yang ada di sini.
Mungkin mereka tahu dan pernah melihat keledai itu.” Orang itu memohon kepada
ulama yang berhenti berceramah karena terganggu.
“Duduklah
dulu. Akan aku tunjukkan kepadamu keledai itu nanti!” Jawab ulama itu
menjelaskan.
Orang
yang dungu itu akhirnya duduk dan ikut mendengarkan ceramah-nasehat yang
kembali diteruskan. Tak selang berapa lama, saat ceramah masih berlangsung,
seorang laki-laki tiba-tiba berdiri hendak pergi meninggalkan masjid tanpa
pamit. Padahal ceramah masih belum selesai.
Ulama
itu marah melihat laki-laki tadi yang tanpa sopan meninggal masjid begitu saja.
Secara sopntan, ulama itu berkata dengan kesal kepada orang dungu yang
kehilangan keledai, “Cepat kejar orang yang pergi itu! Dialah keledaimu yang
hilang!”. Ulama itu sepertinya benar-benar marah. Semua orang yang mendengarnya
diam terheran-heran.
Cerita
ini bisa kita ambil kesimpulan, orang yang tidak bisa menghargai orang lain,
seperti orang yang meninggalkan jamaah sebelum waktunya dan tanpa ada alasan
yang kuat, tak ubahnya keledai yang berbaju. Karena keledai dan orang yang
tidak sopan sama-sama dungu dan tidak tahu tatakrama manusia. Anda, kira-kira
seperti apa?
ditulis oleh Azizi al-Fununy (Tafaqquh)