Dalam peradaban kehidupan, Manusia adalah mahluk paling sempurna dari seluk beluk penciptaanya, baik dalam jasmani maupun rohani. Hal ini seirama dengan tugas mereka disamping memiliki kesempurnaan juga tuntutan berat yang dirpikul di pundak mereka masing-masing. Allah berfirman;
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ
تَقْوِيمٍ
"Sungguh kami telah
menciptakan manusia dengan bentuk yang sebaik-baiknya." (QS.at-Tin;[95]:4)
Namun, Dari
kesempurnaan ini membuat sebagian dari mereka lalai terbuai dengan indahya ranah
kehidupan. Ada juga yang cenderung mensyukuri dengan berbagai metode atas
nikmat Tuhan. Dalam agama islam manusia memiliki undang-undang tertentu dalam
keyakinan mereka di waktu menjalani ritual-ritual keagamaan, yang merujuk atas
hukum wajib, sunnah, serta mubah sebagai konsep paten dalam melangkahkan kaki
di rel rel agama Islam.
Tentunya
tak sedikit dari mereka yang melaksanakanya hanya untuk sekedar mengugurkan
kewajiban, ini sebagai contoh dari maqam awam dimata agama. Ada juga yang
melaksanakanya dengan sepenuh hati sehingga muncullah istilah bunuh diri.
Hal ini memang aneh, namun, bagi kaum sufistik tak ubahya harga mati untuk
menghilangkan sifat kemanusiaan, kebinatanggang, serta hal-hal yang memiliki
tujuan tertentu selain Allah dalam hati.
Husain bin
Mansyur al-Hallaj adalah pelopor bunuh diri yang sangat mashur. Hingga di
kisahkan semenjak kehidupanya di balik jeruji dia semakin aneh karena hanya nama
Allah yang ada di benakya, tanpa makan minum sehinga khalifah Mansyur memenggal
kepalanya hingga darahya bercucuran mengelilingi kepalanya dengan membentuk
lafal Allah.
Syekh
Siti Jenar, dari bumi Nusantara juga termasuk pelopor bunuh diri sehingga para
wali 9 kawatir atas perbuataanya dan berhujung pemenggalan kepala pula.
Hal ini
sangat aneh bagi kita. Namun, bunuh diri adalah langkah terbaik dalam mengkikis
hawa nafsu yang merajalela sehingga tak ada lagi rasa ingin harta, makanan dan fasilitas
keduniaan, Mereka hidup tak ubahya hanya berzikir kepada Allah, tengelam dalam
dunia spiritual.